Meskipun masih menjadi mitos, asal muasal brownies memiliki makna yang bisa kita hayati lebih dalam
Sore hari ketika sibuk mencari cemilan manis di minimarket untuk disantap, terlihat bungkus brownies instan di deretan bahan-bahan memasak berjejer. Bahan brownies instan itu sangat mudah untuk seorang anak kos, tambahkan saja satu butir telur, 100 gram mentega, dan beberapa sendok air. Cara membuatnya pun bisa menggunakan pemasak nasi yang dimiliki oleh semua anak kos. Satu bungkus brownies instan pun diambil dan dibawa pulang. Memasaknya yang mudah dan bisa dimakan sebagai cemilan hingga tiga hari menjadikannya opsi yang cukup ramah kalau ingin makan makanan manis bercokelat.
Keesokan harinya ketika lagi memikirkan tugas dan belum ada kata-kata yang bisa diketik di depan laptop, brownies yang diolah kemarin sore perlahan-lahan berkurang karena terus-terusan disantap. Pikiran pun lalu beralih ketika mengingat mitos ramai tentang brownies yang katanya asal mula tercipta karena seorang ibu rumah tangga lupa memasukkan baking powder ke dalam kue cokelat yang ia buat. Meskipun setelah matang hasilnya bukanlah kue cokelat yang seharusnya, namun perempuan dari Bangor, Amerika Serikat itu tidak sengaja menciptakan cemilan cokelat yang masih disukai orang hingga kini.
Meskipun cerita ibu rumah tangga di Bangor, Amerika Serikat itu masih sebatas desas-desus asal mula brownies dibuat, di dalamnya mengandung makna yang bisa kita hayati lebih dalam. Berawal dari ketidaksengajaan karena lupa memasukkan baking powder, sang ibu rumah tangga itu tetap melanjutkan membuat kue cokelat dan setelah jadi ia tidak membuangnya begitu saja hanya karena tidak mengikuti resep. Hasilnya di luar dari kue cokelat pada umumnya dan ia memutuskan untuk memotong-motong kue gagal itu menjadi kecil-kecil. Mungkin saja kalau mitos ini benar, maka ibu rumah tangga yang tidak diketahui namanya itu telah menciptakan satu cemilan enak favorit banyak orang hingga melewati jaman.
Pernah merasa familiar dengan kejadian ini? Ketika ketidaksengajaan atau lupa membawa kita pada suatu titik tertentu. Ketidaksengajaan seperti harus menunggu iklan panjang di YouTube berisi lagu indie yang ternyata enak didengar lalu membuat kita mengunjungi musisi tersebut. Tidak disangka setelah 2 tahun berlalu kita masih menengarkan lagu-lagu buatan musisi indie itu sehari-hari. Bisa juga ketika tidak sengaja lupa mengerjakan tugas yang ternyata tenggatnya tinggal 2 jam lagi membuat kita mengunjungi perpustakaan dan membawa kita pada teman yang saat ini sudah menemani susah dan senang.
Ketidaksengajaan maupun lupa, sesuatu yang manusiawi terjadi pada kita. Kadang-kadang kita kesal ketika itu terjadi karena membawa kerugian. Namun dua hal itu bisa saja membawa kita pada titik tertentu dalam hidup yang tidak hentinya kita syukuri, sesederhana apapun itu. Dari mitos brownies tadi, kita jadi bisa mengingat hal-hal yang tidak sengaja terjadi dan malah merasa bahagia karena membawa kita pada sesuatu yang berharga. Dari keikhlasan ibu rumah tangga di sudut Maine, Bangor tadi untuk tetap menyajikan kue gagal yang ia buat karena melupakan satu bahan penting, kita menemukan hal yang kita sukai.
Kalau kamu, apa pengalaman ketidaksengajaan atau lupa yang membawamu pada dirimu saat ini?